naxigeba.org – Pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,85% (yoy) pada kuartal I 2025. Angka ini menjadi yang terendah sejak kuartal III 2021 dan lebih rendah dari periode sama tahun sebelumnya (5,11%).
“Baca juga : Supermarket Besar Tutup di RI, Preman Jadi Salah Satu Alasan”
BPS mencatat tiga masalah utama:
- Konsumsi pemerintah minus 1,38% (turun dari +20,44%)
- Belanja LSM turun drastis dari 24,13% ke 3,07%
- Daya beli rumah tangga stagnan di 4,89%
“Kontraksi belanja pemerintah menjadi faktor utama perlambatan,” tegas Luhut Pandjaitan melalui Instagram. Pemerintah mengaku sedang mempercepat belanja negara untuk menstimulasi ekonomi.
INDEF menyebut kondisi ini “darurat ekonomi”:
- Ekspor terhambat perlambatan China dan perang dagang AS
- Capital flight mencapai Rp28 triliun via aset kripto
- PHK massal mengurangi daya beli masyarakat
CORE Indonesia mengkritik kebijakan efisiensi anggaran yang tidak tepat waktu:
“Stimulus fiskal justru diperlukan di masa transisi ini,” jelas Yusuf Rendy.
Program Makan Gratis Prabowo dinilai belum berdampak signifikan:
- Efek jangka panjang pada SDM
- Tidak menciptakan rantai ekonomi baru
- Hanya substitusi belanja keluarga
Langkah darurat yang disarankan pakar:
- Percepat proyek infrastruktur
- Berikan insentif UMKM
- Tingkatkan kepastian hukum untuk investor
- Optimalkan belanja produktif
Krisis ketenagakerjaan semakin mengkhawatirkan:
- Pengangguran naik 82.000 orang dalam setahun
- Total 7,28 juta orang menganggur
- Sektor industri mengalami kontraksi
“Baca juga : Journaling: Cara Praktik Budaya Self-Care untuk Atasi Stres”
Analis memprediksi pertumbuhan sulit mencapai 5% tanpa perubahan kebijakan. Pemerintah diminta segera mengambil langkah konkret sebelum krisis semakin dalam.