Rupiah Menguat ke Rp16.289, Data Ekonomi AS Melemah

Rupiah Menguat ke Rp16.289, Data Ekonomi AS Melemah

naxigeba.org – Data Ekonomi AS Melemah berdampak baik pada nilai tukar rupiah menguat ke level Rp16.289 per dolar AS pada Jumat (21/2) pagi. Mata uang Garuda naik sebesar 48,50 poin atau 0,30 persen dibandingkan perdagangan sebelumnya. Penguatan ini terjadi di tengah pelemahan mayoritas mata uang Asia dan negara maju akibat data ekonomi Amerika Serikat yang di bawah perkiraan.

Di kawasan Asia, yen Jepang melemah 0,42 persen, baht Thailand turun 0,11 persen, yuan China merosot 0,16 persen, dan peso Filipina melemah 0,02 persen. Won Korea Selatan juga turun 0,02 persen, sementara dolar Singapura melemah 0,14 persen. Sebaliknya, dolar Hong Kong menguat tipis 0,03 persen pada pembukaan perdagangan pagi ini.

“Baca juga : Aplikasi Streaming Tak Terkenal Geser Netflix di Indonesia”

Di antara mata uang negara maju, euro Eropa melemah 0,11 persen, poundsterling Inggris turun 0,09 persen, dan franc Swiss turun 0,13 persen. Selain itu, dolar Australia melemah 0,09 persen, sedangkan dolar Kanada melemah 0,06 persen.

Rupiah Menguat

Lukman Leong, analis mata uang dari Doo Financial Futures, menjelaskan bahwa penguatan rupiah dipicu oleh data ekonomi AS yang lebih lemah dari perkiraan. “Rupiah diperkirakan akan menguat terhadap dolar AS yang melemah setelah data pekerjaan AS, klaim pengangguran, dan sektor manufaktur menunjukkan hasil di bawah ekspektasi,” ujar Lukman.

Namun, Lukman mengingatkan bahwa penguatan rupiah masih terbatas karena kekhawatiran perang dagang jilid II antara Amerika Serikat dan China. Ketidakpastian terkait kebijakan tarif kedua negara ini membuat investor tetap berhati-hati.

Lukman memproyeksikan rupiah akan bergerak di kisaran Rp16.250 hingga Rp16.350 per dolar AS sepanjang perdagangan hari ini. Jika sentimen global membaik dan data ekonomi AS terus melemah, rupiah berpotensi melanjutkan penguatannya. Namun, jika muncul eskalasi baru dalam ketegangan perdagangan, penguatan rupiah kemungkinan akan tertahan.

Faktor lain yang memengaruhi pergerakan rupiah adalah kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI). Jika BI mempertahankan suku bunga untuk menjaga stabilitas ekonomi domestik, rupiah dapat terus menguat. Sebaliknya, jika BI memutuskan menurunkan suku bunga, tekanan terhadap rupiah mungkin meningkat.

Selain itu, permintaan dolar AS dari pelaku usaha dan investor asing turut memengaruhi pergerakan rupiah. Biasanya, permintaan dolar meningkat menjelang akhir bulan untuk kebutuhan pembayaran impor dan utang luar negeri. Namun, melemahnya data ekonomi AS memberikan ruang bagi rupiah untuk tetap stabil.

Mata uang dunia

Di pasar global, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama dunia juga mengalami penurunan. Kondisi ini memberikan peluang bagi mata uang negara berkembang, termasuk rupiah, untuk menguat.

Investor saat ini mencermati perkembangan kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed). Jika The Fed memutuskan menahan suku bunga atau memberikan sinyal pemangkasan suku bunga, dolar AS kemungkinan akan terus melemah. Hal ini dapat membuka peluang bagi rupiah untuk memperkuat posisinya di bawah level Rp16.300 per dolar AS.

“Baca juga : Media Asing Soroti Permintaan Maaf Band Sukatani”

Dengan kondisi Data Ekonomi AS Melemah sekarang ini berdampak pada pasar global yang dinamis, pelaku pasar perlu memantau perkembangan data ekonomi dan kebijakan perdagangan internasional. Meskipun penguatan rupiah memberikan angin segar bagi perekonomian domestik, tantangan eksternal tetap menjadi faktor yang harus diwaspadai.

Lukman menekankan bahwa stabilitas ekonomi Indonesia menjadi kunci utama untuk menjaga nilai tukar rupiah. “Selama fundamental ekonomi Indonesia tetap kuat dan inflasi terkendali, rupiah memiliki peluang besar untuk mempertahankan penguatannya di tengah volatilitas global,” tutupnya.